Minggu, 06 Mei 2012

Argentometri (Mohr&Volhsrd)


Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
              Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
        NaX   +  Ag+      Û      AgX   +   Na+     ( X = halida )
        KCN   +  Ag+      Û      AgCN   +   K+
        KCN   +  AgCN      Û      K{Ag(CN)2}        
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya. Dalam titrasi argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan titik akhir atau titik ekivalen, yaitu :
1.     Dengan cara Liebig
2.     Dengan pembentukan endapan berwarna (metode Mohr)
CrO42-    +    2Ag+        Û      Ag2CrO4
3.     Dengan cara pembentukan ion kompleks berwarna (metode Volhard)
        X    +    Ag+         Û      AgX   +   Ag+ sisa
        Ag+ sisa   +    SCN-      Û      AgSCN
        Fe3+    +    6 SCN-      Û     {Fe(SCN)6}3-
4.     Dengan menggunakan indikator adsorpsi (metode Fajans)

A.    Argentometri metode Mohr
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam   : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO72-+ H2O
Basa    : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH
  2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.
            Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
·         Indikator Kalium kromat
Indikator ini dibuat sebagai larutan dengan kadar 5% ( 5 gram kalium kromat dalam 100 ml air) dan digunakan pada titrasi metode Mohr. Indikator ini digunakan pada ion klorida pada suasana netral, dan pada waktu titik akhir tercapai akan memberikan endapan merah dari Ag2CrO4 . Peristiwa ini merupakan  suatu pengendapan bertingkat dari sepasang garam yang sedikit larut.
Pilihan lain adalah indicator campuran yang terdiri atas 4,2 gram kalium kromat p.a. dan 0,7 gram kalium bikromat p.a. yang dilarutkan dalam 100 ml air. Untuk setiap 50 ml larutan akhir titrasi digunakan 1 ml larutan indicator. Indikator campuran ini mempunyai daya dapar dan dapat mengatur pH larutan 7,0±0,1.
.   Pembuatan Larutan K2CrO4 50%
a.       Menimbang kasar K2CrO4 dan memasukkannya ke dalam beker glass
b.      Menambahkan akuades ke dalamnya dan menghomogenkannya.
c.       Memberi label pada beker glass tersebut.
·         Larutan Baku Natrium Klorida
Natrium klorida (NaCl; BM: 58,443) yang murni bersifat tidak higroskopis, dan dapat diperoleh di pasaran; untuk hasil yang lebih tepat sebagai larutan baku primer sebaiknya dilakukan pengeringan dalam pengering listrik pada suhu 250-300° selama 1-2 jam dan kemudian didinginkan dalam desikator

Pembuatan 500 ml NaCl 0,1 M; 0,1 N
Ditimbang kasar NaCl kering :
v  Volume : 500 ml
M Nacl : 0,1 M
BM : 58,443
v  Perhitungan gram
(500)(0,1)(Mr NaCl) mg = (500)(0,1)(58,443)mg =2,93 gram NaCl
Kemudian ditimbang ulang secara teliti (misal: a gram)
Larutkan dulu dengan sedikit aquades kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar; selanjutnya encerkan dengan aquades sampai garis batas; dan homogenkan. Hitung konsentrasi larutan baku primer NaCl.

Menghitung kemolaran NaCl : molaritas = (a)(2)(kemurnian) x M
                                                                        (58,443)


·         Larutan baku perak nitrat
Perak nitrat (Mr 168,987) pro-analis mempunyai kemurnian paling sedikit  99,9% dapat diperoleh di pasaran sehingga larutan baku dari zat ini dapat disiapkan langsung.
Kegunaan :
Digunakan untuk penetapan kadar NaCl atau untuk penetapan konsentrasi larutan NaCl.
Catatan :
Sebaiknya larutan AgNo3 yang dibuat ini dibakukan terhadap larutan baku primer NaCl (yang dibuat dari NaCi murni dan kering)
Pembuatan 500 ml AgNO3 0,1M;0,1N
Ditimbang kasar :
v  Volume : 500 ml
M AgNO3 : 0,1 M
BM : 168,987
v  Perhitungan :
(500)(0,1)(Mr AgNO3) mg = (500)(0,1)(168,987)mg= 8,45 gram AgNO3
Kemudian ditimbang ulang secara teliti (missal a gram)
Pindahkan Kristal AgNO3 dari botol timbangnya secara kuantitatif ke dalam labu takar dengan cara pembilasan dengan aquades secukupnya; kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas, tutup labu dan homogenkan. Hitung ulang, konsentrasi larutan baku primer AgNO3
Menghitung kemolaran AgNO3 : molaritas = (a)(2)(kemurnian) x M
                                                                        (168,987)

B.     Argentometri Volhard
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN.
·         Indikator Ferri Amonium Sulfat
Larutan indicator ini merupakan larutan jenuh (kurang lebih 40%) ferri ammonium sulfat dalam air dan ditambah beberapa tetes asam nitrat 6 N. Untuk setiap titrasi diperlukan 1 ml larutan indicator ini, dan digunakan pada metode Volhard.
Dalam titrasi ini, ion perak dititrasi dengan larutan baku NH4CNS dalam suasana asam nitrat. Pada saat titik akhir tercapai, kelebihan ion thiosianat bereaksi dengan ion besi(III), dan membentuk warna merah dari besi (III) thiosianat.


2Fe3+ +  6CNS            Fe3+ + Fe(SCN)63-
·         Larutan baku KSCN
Pembuatan 500 ml larutan KSCN 0,1 M ; 0,1 N
o   Volume : 500 ml
o   M KSCN : 0,1 M
o   BM : 97,182
o   Perhitungan
(500 ml) (0,1) = (50) (97,182) mg ≈ 4,9 g KSCN
Timbang kasar kristal KCSN p.a sebanyak 4,9 gram
Pindahkan ke dalam gelas ukur 500 ml. Tambahkan aquadest secukupnya, goyang gelas agar kristal melarut. Setelah melarut, tambahkan lagi aquadest sampai tanda batas. Pindahkan ke dalam botol reagen 500 mL bertutup.
Diperoleh: 500 mL larutan KSCN 0,1 M.
(Setelah dibakukan, larutan ini merupakan sediaan larutan baku KSCN.)
CATATAN:
Prosedur yang sama dapat  diterapkan untuk pembuatan larutan amonium tiosianat, NH4SCN.



DAFTAR PUSTAKA :

1.      Suharno. 1989. Pengantar Ilmu Kimia Analitik. Surabaya: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI
2.      HAM, Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi Aksara
3.      http://agustonipujianto.files.wordpress.com/2011/04/argentometri.doc (diunduh pada tanggal 3 April 2012 pukul 20.45)
·         Abudarin. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP, Jurusan PMIPA, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangkaraya.
·         Anonim. Tanpa tahun. PenuntunPraktikum Kimia Analisis.
·         Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
·         Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.
4.      http://imamsamodra.files.wordpress.com/2008/02/microsoft-word-argentometri.pdf (diunduh pada tanggal 4 April 2012 pukul 21.03 WIB)
·         Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
·         Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press 22
·         Hastuti, Sri, M.Si, dkk. 2007. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar I.Surakarta : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNS
·         Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
·         Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Florida : Sounders College Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar